From Hero to Zero?

dikdik andhika ramdhanOleh : Dikdik Andhika Ramdhan

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Dengan tegap, Kstaria Baja Hitam itu berbalik dan melangkah, diiringi dengan ledakan dahsyat serta hancurnya tubuh musuhnya berkeping-keping. Tusukan pedang mataharinya telah mampu menghancurleburkan satu lagi monster jahat yang telah mengganggu kedamaian di bumi ini.

Namun baru beberapa langkah ia berjalan, ternyata kepingan tubuh monster jahat itu malah kembali bersatu. Dan kini berubah menjadi monster raksasa. Ia hadir dengan kekuatan yang baru, dengan ukuran yang jauh lebih besar dan juga dengan senjata yang lebih lengkap.

Lalu apa yang terjadi?

Ini memang hanya sebuah cuplikan cerita heroik yang biasa menjadi tontonan bahkan menjadi idola waktu kecil dulu. Namun ternyata dari sini tak hanya menjadi sebuah kisah semata. Ada hikmah yang dapat kita ambil daripadanya.

Semestinya memang ada sebuah renungan, ketika kita mencoba memaknai satu demi satu alur dan peran tokoh dalam cerita diatas.

Andaikan kita adalah ia sang ksatria baja hitam yang telah Alloh berikan kekuatan untuk mampu mengalahkan seorang monster jahat berupa hawa nafsu saat kemarin di bulan Ramadhan yang baru saja berlalu. Hingga akhirnya kita mampu mengalahkannya dan kita menggapai panji kemenangan di 1 syawal. Namun, dengan atau tanpa kita sadari hawa nafsu tersebut ternyata tidak seutuhnya hancur dan berlalu seiring berlalunya Ramadhan Al Mubarak.

Ketika panji-panji kemenangan diraih, ia sang hawa nafsu itu malah kembali bersatu padu menghimpun kekuatan baru dan menjelma menjadi sesosok hawa nafsu raksasa yang lebih kuat dan lebih dahsyat. Ia kini mampu bertahan jauh lebih lama, sebelas bulan. Naudzubillah.

Andaikan kita mampu segera menguasai diri, kembali berdiri tegak dengan tanpa sedikit meninggalkan sikap waspada kita, tetap menjaga keistiqamahan dalam menjaga kualitas dan kuantitas beribadah, tetap berucap dan bertingkah sesuai tuntutan syariat, tetap menutup rapat ruang gerak hawa nafsu dalam hati dan jiwa kita, tetap memohon diberikan kekuatan untuk menjalani perjalanan panjang kisah kehidupan ini, serta tetap membawa diri untuk senantiasa bertahan dalam semangat perbaikan akhlak. Maka InsyaAlloh, kemenangan di akhir kisah hidup kita bukan hanya menjadi angan-angan dan cita-cita belaka.

Memang bukan hal mudah untuk menjaga kualitas dan kuantitas ibadah kita seperti di bulan Ramadhan. Namun, ini bukan sebuah harga mati dari sebuah perjuangan. Berusaha dengan sekuat tenaga, dengan diiringi do’a serta usaha maksimal, serta dengan terus berupaya meng-upgrade sisi keimanan serta keilmuan kita dengan tetap mengazamkan niat lillaahi ta’ala semoga menjadi jawaban tepat atas kemunduran dari kualitas dan kuantitas ibadah kita di bulan-bulan berikutnya.

Karena jika tidak, jika kita hanya terlena dengan kemenangan yang telah kita raih, maka … perlahan namun pasti, dengan berat hati kita harus mengakui kekalahan. Karena sang monster hawa nafsu jauh lebih istiqamah dalam menggoda keimanan dalam diri kita. Ia dengan leluasa telah mampu memutarbalikkan posisi kemenangan atas diri kita.

Tinggalah kita seonggok mahluk yang tak berdaya. From Hero to Zero!
Naudzubillahi min dzalik …
Semoga Alloh senantiasa membimbing diri ini, menapaki hari dengan segala keikhlasan, menapaki hari dengan berjuta kesyukuran, untuk menggapai keistiqamahan dalam bertindak dan bertingkah sesuai syariat, serta mampu menghadirkan ibadah-ibadah terbaik dalam setiap desah nafas panjang kehidupan.

Aamiin yaa robbal’alamiin …

Tinggalkan komentar